Kamis, 28 Juli 2016

30 Inovasi, Beben Suhendar Menjawab

(Foto: Rekan-rekan Jonggol Cendekia bersilaturahmi kepada Beben, Camat Jonggol)

Tulisan dibawah ini saya layangkan sebagai kritik sekaligus saran guna bersama membangun Jonggol lebih berbudaya. Saya tulis dan layangkan di media pada tanggal 10 Juni 2016, setelah Camat Jonggol baru Beben Suhendar dilantik, yaitu pada tanggal 01 Juni 2016. Pada tulisan saya tersebut saya layangkan beberapa evaluasi untuk pembangunan di kecamatan Jonggol. Evaluasi tersebut kini dijawab dengan rencana 30 Inovasi program oleh camat Jonggol Beben Suhendar. Tentu setiap niat dan langkah kebaikan, perlu kita dukung dan ikut serta dalam mensuskennya.

Berikut tulisan saya pada tanggal 10 Juni 2016:
Saya kira Jonggol kedepan memerlukan sinergisasi semua elemen muda. Narasi yang lebih segar, gagasan baru menjawab kebuntuan pembangunan Jonggol yang selama ini terjadi.

Selama ini saya melihat, pemerintahan desa di kecamatan Jonggol sebagai garda terdepan pembangunan, belum mampu menyerap semua potensi dan membangun faktor vital dalam pembangunan masyarakat. Pembangunan menjadi sebuah rutinitas belaka, ritual, dan sebatas kepada wujud fisik yang terlihat. Padahal, hadirnya negara, pemerintah kecamatan, pemerintah desa, bukan hanya sekedar hadir sebagai pelayan kepada masyarakat yang berupa fisik. Namun, Jonggol oleh para pemimpinnya harus diarahkan kepada nila-nilai pembangunan entitas peradaban.

Manusia sebagai titik pusat sirkular pembangunan

Kita perlu merubah paradigma kita dalam bernegara. Kita tidak boleh lagi bertumpu pada pijakan bahwa pembangunan hanya sebatas tugas dan bertitik tumpu kepada pemerintah. Pada alam demokrasi saat ini, seharusnya tipe hubungan antara pemerintah dan rakyat haruslah persuasif-partisipatif. Maka pembangunan yang sesungguhnya akan terjadi timbal balik saling menguntungkan, menguatkan dan membesarkan, dari kita, oleh kita, dan untuk kita.

Selama ini kita selalu melihat kunci sukses pembangunan porsi besarnya hanya kepada pembangunan fisik. Sementara sisi pembangunan manusia; jiwa, kecerdasan, kesehatan, atau yang lebih vital pada harkat, derajat dan martabat manusianya masih terbabikan. Berapa besar angka ketimpangan sosial yang terjadi di Jonggol?, berapa besar angka jumlah pengangguran di Jonggol? berapa besar angka tingkat kriminalitas di Jonggol?, sebarapa besar angka pergaulan bebas-seks bebas, aborsi dan hamil diluar nikah di Jonggol? Sebarapa besar angka banyaknya rumah tidak layak huni di Jonggol?, sebarapa besar angka tingkat putus sekolah di Jonggol?, dan banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya yang menunjukan kita semua bukan hanya pemerintah masih abai, kemudian ini selalu terulang tidak terselesaikan justru semakin membesar.

Kita perlu concern kepada pembangunan berbasis manusia, memanusiakan manusia, memenuhi kebutuhan manusia, misal;

1. Ekonomi menengah kebawah
Kita bisa memulai dengan memetakan potensi desa, pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan skil aplikatif, pemberian akses dan bantuan modal UMKM, pendampingan UMKM, koperasi, Bank Desa dan lain sebagainya.

2. Lingkungan hidup yang manusiawi.
Coba kita tengok apa yang terjadi di Jonggol dewasa ini:
Jika kemarau berdebu dan kekeringan.
Jika hujan jalanan tergenang dan drainase buruk.
Jika dijalan raya malam hari lampu penerang jalan minim dan Jalanan berlubang.
Banyak rumah tidak layak huni, tanpa MCK, drainase buruk.
Sungai-sungai yang kotor dan tercemar.

Maka perlu pemetaan wiliyah, konsep jalan raya, drainase, penerangan jalan, Pasar tradisional yang bersih, taman kota, optimalisasi tempat wisata di Jonggol, bantuan dan prioritas kepada rumah tidak layak huni, pengelolaan bank sampah, pemberdayaan masyarakat dalam menjaga lingkungan.

3. Pendidikan usia dini sampai menangah
Pembentukan taman pendidikan untuk anak usia dini disetiap rukun tetangga, program desa bisa mengalokasikan dananya sebagian untuk beasiswa, dan cara-cara lainnya yang saya yakin bisa menemukan solusi untuk pendidikan anak di Jonggol, dan karena saya masih yakin bahwa pendidikan cara yang ampuh untuk mengangkat harkat, derajat dan martabat masyarakat Jonggol.

4. Pelayanan berbasis teknologi
pelayanan online, sms, telphone dan media teknologi informasi lainnya harus di terapkan di Jonggol. Pegawai pemerintahan tidak boleh gagap dan tertinggal dengan teknologi yang semakin pesat. ruang antri pelayanan yang nyaman, informasi yang mudah diakses, sms pengaduan warga,

Saya masih yakin, bahwa hal-ha kebaikan yang kita anggap kecil jika dilakukan secara bersama akan terjadi sesuatu yang masif dan efektif, bahkan dapat menghasilkan manfaat dan perubahan yang besar di masyarakat. Misal sinergisasi yang perlu dilakukan;

1. Camat (kepala Kecamatan) dengan seluruh kepala desa
Sebagai pejabat struktural pemerintahan yang administratitf, camat tentu memiliki peran dang fungsi untuk koordinasi ditingkatan kecamatan dan pembinaan. Seandainya saja koordinasi ditingkatan ini terjadi, saya kira gerak pembangunan satu kecamatan dan tiap desa akan lebih masif. Misalnya saja, terjadi sinergisasi adanya peraturan desa tentang sampah (PerDes), tentang fokus prioritas pembangunan, adanya bank desa, dan lain sebagainya.

2. Sinergisasi Pemuda
Kita menginginkan berkumpulnya pemuda bukan merusak, tapi harus membangun. Saya masih meyakini Jonggol dengan SDM pemuda yang ada mampu untuk bangun. Hidupkan KNPI tanpa politis, dorong semua organisasi kepemudaan tingkat desa, organisasi kepemudaan tingkat kecamatan dan sarana-sarana lainnya.

3. Sinergisasi pemerintah dengan warga
Pemerintah yang menjadi menara gading akan selalu terus menerus menjadikan pembangunan Jonggol seperti sporadis, tanpa arah jangka panjang dan tidak terukur.

4. Sinergisasi Antar Masjid (Lembaga Zakat)
Jika saja kita tahu berapa potensi angka rupiah seluruh kotak masjid se-kecamatan Jonggol ketika dikumpulkan. Saya masih meyakini, bahwa masjid sebagai tempat ibadah memiliki fungsi sebagai sulusi atas permasalahan jama'ahnya dan pasti mampu ikut andil dalam mengatasinya. Andai kedepan masjid-masjid Jonggol dengan potensi zakat, infaq, dan shadaqohnya mampu menjadi solusi untuk UMKM jama'ahnya, memberikan solusi untuk warga kelaparan, memberikan solusi untuk anak putus sekolah dan solusi permasalahan lainnya. Sehingga kedepan masjid bukan hanya saja menjadi simbol keagamaan, atau hanya menjadi tempat ritual, akan tetapi masjid bisa betul-betul menjadi rumah yang nyaman sebagai tempat kembali.

Sejatinya, permasalahan yang terjadi secara real di Jonggol sangatlah kompleks. Perlu banyak langkah, perlu konsep yang matang dan niat yang tulus untuk bergerak. Semoga segelintir catatan pribadi ini bermanfaat.

Adapun Inilah 30 inovasi Camat Beben Suhendar untuk menjawab pembangun Kecamatan Jonggol:
Bidang Pendidikan
1.   Pendirian 3 sekolah ditahun 2016/2017
2.   SMPN 3 Jonggol
3.   SMAN 2 Jonggol
4.   SMKN 1 Jonggol
5.   Pendirian sekolah tahun 2017/2018
6.   SMPN 4 Jonggol
7.   SMAN 3 Jonggol
8.   Pendirian kampus/perguruan tinggi
Bidang Infrastruktur
4.  Pembuatan tugu selamat datang Kecamatan Jonggol dijembatan perbatasan Jonggol Cileungsi
5.   Sodetan jalan depan RS Permata Jonggol (Cibucil)-Kampung Rawabebek
6.   Penataan lingkar kota, taman kantor, alun-alun, dan mesjid Nurut Taqwa
7.   Membangun kawasan area kuliner disekitar alun-alun
8.   Menyelenggarakan car freeday setiap Minggu pagi mulai pukul 05:30-10:00 WIB dari pertigaan kantor pos giro hingga alun-alun
9.   Membangun stadion mini Gelanggang Olah Raga Masyarakat (GOM)
10.Membangun pasar tradisional
11.Pembuatan embung desa seluas 2 hektar disetiap desa
12.Pembuatan MoU antara Pemkab Bogor dengan Perum Jasa Tirta (POJ) Jatiluhur untuk meningkatkan jalan irigasi dari pengerasan ke pengaspalan
13.Merevitalisasi Bendungan Jatinunggal
14.Membuka jalan desa
15.Kp. Cimendo Desa Sukagalih – Desa Tegal Panjang Kec. Cariu
16.Kp. Satus – Pamuruyan Desa Balekambang Ke Desa Tegal Panjang Kec. Cariu
17.Membangun fasilitas ekonomi terpadu
Bidang Sarana dan Prasarana
16.Gelanggang Olah Raga (GOR)
17.Pembangunan kantor Polsek Jonggol yang baru
18.Bumi perkemahan pramuka
Bidang Wisata
19.Pembukaan kawasan wisata Goa Walet Ciwadon
20.Kebun Al-Qur’an Jonggol Farm
Bidang Ketenagakerjaan
21.Membuka kawasan industri diatas lahan seluas 750 hektar

Bidang Ketentraman dan Ketertiban
22.Pengamanan terpadu lintas Agama dan Suku di acara-acara hari-hari besar Keagamaan dan Nasional
Penghargaan Tokoh
23.Usulan pemberian nama jalan kepada tokoh masyarakat
Bidang Pertanian
24.Budidaya duren Jonggol si HEPE
25.Budidaya benih padi organik
Bidang Komunikasi dan Informasi
26.Papan elektronik yang diletakkan di kantor Kecamatan Jonggol dan tempat strategis lainnya
Bidang Sosial dan Budaya
27.Nikah masal atau ishbat nikah
28.Melestarikan budaya, seperti sedekah bumi, dongdang, dan permainan tradisional
Bidang Kesehatan
29.Desa KB
Bidang Keagamaan
30.Jonggol menjadi tuan rumah lomba MTQ tingkat Kabupaten Bogor tahun 2020.



- Harry Hardiyana
Pegiat di Jonggol Cendekia

Senin, 25 Juli 2016

Jonggol, Mutiara Terpendam di Bogor Timur


Oleh: Muhammad Sutisna
(Pegiat di Jonggol Cendekia)

Terbesit dalam pikiran setiap masyarakat Indonesia bila mendengar sebuah kata yang bernama Jonggol, banyak hal yang diucapkan seperti apakah benar Jonggol itu ada?, atau hanya karangan saja (efek sinetron yang dibintangi sonny wakwaw yang turut serta mempopulerkan nama Jonggol).

Namun bagi saya Jonggol itu bukan hanya sekedar nama, namun memiliki arti yang luar biasa karena Jonggol tempat saya menghabiskan masa kecil disana.

Selama 14 tahun tinggal di Jonggol, belum banyak perubahan berarti mungkin hanya perubahan secara fisiknya saja, atau bisa dibilang makin berkurangnya area persawahan yang disulap menjadi bangunan beton dengan berbagai fungsinya seperti area pertokoan, atau perumahan.

Padahal dahulu Jonggol sempat diwacanakan sebagai ibukota negara Indonesia di era Pak Harto. Menarik bukan? Sebuah daerah yang berada dipinggiran Jakarta akan menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia. Namun namanya wacana ya tinggal wacana belaka, ibarat kata sepert Cinta bertepuk sebelah tangan, hanya tinggal angannya saja. Padahal Jonggol memiliki potensi yang luarbiasa dalam berbagai macam sumberdaya khususnya sumber daya alam, khususnya potensi wisata yang masih belum diketahui oleh khalayak ramai.

Bicara soal potensi daerah ada fenomena menarik pasca era Reformasi dimana setiap daerah saat ini sama sama saling menunjukkan potensi khusus yang dimilikinya masing masing. Efek dari sistem otonomi daerah yang diterapkan sehingga daerah memiliki wewenang penuh untuk mengelola daerahnya. Berbeda semasa orde baru yang lebih tersentral, dimana pembangunan lebih difokuskan di pusat. tak ayal menimbulkan tidak meratanya pembangunan, masih banyak daerah yang jauh dari kata layak dalam berbagai bidang. Padahal daerah tersebut memiliki potensi yang luarbiasa apabila dikelola dengan baik.

Banyak pemimpin-pemimpin di negeri ini lahir dari daerah, seperti Presiden Joko Widodo yang lahir dari daerah yang dulunya Walikota Solo, belakangan ini juga mencuat seperti adanya Ridwan Kamil (Walikota Bandung), Ibu Risma (Walikota Surabaya), Nurdin Abdullah (Bupati Bantaeng Sulsel), Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng), Kang Aher (Gubernur Jawa Barat), Ahok yang dulunya pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur sekarang menjabat sebagai orang nomor 1 di DKI, Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta), dan masih banyak lagi.

Hal ini membuktikan adanya semangat baru bagi daerah untuk sama sama membangun dan menggali segala potensi yang dimiliki daerah. Bagus atau tidaknya pembangunan suatu bangsa itu dilihat dari pembangunan daerahnya. Karena daerah merupakan pusat perekonomian yang paling potensial yang dimiliki bangsa ini. Sumber pendapatan negara terbesar pun lahir dari ekonomi mikro yang tersebar diseluruh Indonesia.

Berkaca dari hal tersebut, sekiranya ada setitik harapan bagi Jonggol untuk bisa mengembangkan potensinya. Bukan sekedar potensi sumberdaya alam yang terus dieksploitasi tanpa ada pengkajian terlebih dahulu sehingga menimbulkan kerusakan alam. Atau masih minimnya lapangan pekerjaan. Namun yang lebih terpenting adalah penguatan sumberdaya manusianya. karena apabila sumberdaya manusianya sudah terbangun, potensi yang dimiliki itu bisa dikelola dengan baik tanpa harus menganggu keseimbangan alam.

Salah satu cara ampuh dalam penguatan sumberdaya manusianya adalah dari sektor pendidikan. Seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara adalah Pendidikan merupakan senjata ampuh dalam meningkatkan drajat suatu bangsa. Melihat masih minimnya masyarakat Jonggol yang sadar akan pendidikan. Banyak usia produktif yang seharusnya memiliki potensi mengenyam pendidikan ditingkat selanjutnya, terbentur dengan masalah biaya yang sebetulnya tidak perlu apabila dari pemerintahnya sendiri peduli akan pendidikan di daerah daerah.

Ada visi besar yang di coba ditularkan oleh Pemerintah Kecamatan Jonggol dibawah pimpinan Pak Beben selaku camat Jonggol. Seperti beberapa tempo lalu saya sempat bertemu dengan beliau. Khususnya dalam sektor pendidikan beliau sadar akan masih kurangnya masyarakat akan pentingnya pendidikan. Sehingga perlu ada semangat baru agar masyarakat terus untuk bersemangat dalam mengenyam pendidikan.

Namun sekali lagi apabila visi besar tersebut tidak direspon dengan baik oleh masyarakat. Lagi lagi akan hanya sebagai wacana, dan akan cenderung berjalan statis. Ibarat cinta lama yang tak kunjung usai hanya dapat dipendam namun tak mampu untuk diraih. Sedih sekali bukan?

Dalam lirik lagu Indonesia Raya yang selalu digelorakan tentang “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya” yang menjelaskan bahwa pembangunan manusia sangatlah diutamakan. Melalui pendidikanlah salah satu jalan dalam hal pembangunan manusia tersebut. Apabila sumberdaya manusianya sudah terpenuhi, pembangunan dalam segi apapun akan mudah dijalankan.

Oleh karena itu berangkat dari kegelisahan tersebut kami selaku Pemuda yang peduli akan kemajuan Peradaban Jonggol mencoba menawarkan sebuah solusi. Sama seperti halnya yang dirisaukan oleh Pak Camat soal pendidikan. Kami sadar betul akan pentingnya pendidikan. Memang hal tersebut bukanlah perkara mudah, khususnya bagi kami para pemuda yang masih suka galau hanya karena soal masalah hati yang tak kunjung usai, namun tak menjadi halangan untuk memberikan yang terbaik untuk daerah sendiri.

Atas dasar tersebut, bagi saya segala potensi dan sehebat apapun yang di miliki Jonggol tanpa diimbangi oleh karakter pendidikan penduduknya itu sendiri tidak akan pernah berjalan dengan baik. Potensi tersebut hanya dapat dinikmati oleh korporasi tertentu, dan masyarakat hanya dijadikan alat politik agar bisa menguasai sektor tersebut.

Bagi saya Pak Beben bisa menjadi garda terdepan untuk meningkatkan potensi pendidikan di wilayah Jonggol agar seluruh elemen masyarakat bisa merasakan pendidikan dari segala jenjang. Agar masyarakat bisa memahami dan mengimplementasikan visi besar yang dimiliki oleh pimpinannya.

Sudah saatnya Jonggol bangkit untuk peradaban bangsa. Saat ini kemajuan bangsa pun ditentukan oleh kemajuan suatu daerah. Tanpa adanya proses pembangunan di daerah, negara ini tidaklah berarti. Dan perlunya sinergitas antara segala lini di birokrasi agar pembangunan tersebut bisa terlaksana sesuai yang direncanakan.

Jonggol Miliki Pasar Hewan Terbesar Se-Jawa Barat


Oleh: Sri Mulyawati
(Pegiat di Jonggol Cendekia)
Jonggol memiliki daya tarik tersendiri diantara kecamatan lainnya di kabupaten Bogor. Lokasi yang strategis dengan tanah yang subur, tak heran jonggol selalu dipadati wisatawan saat akhir pekan dan hari libur. Udara Jonggol kota memang sedikit panas, tapi cobalah masuk lagi ke arah selatan. Udara sejuk dan hamparan sawah membentang menyambut kedatangan.
Selain menyimpan panorama dan wisata alam, Jonggol juga memiliki pasar hewan terbesar di Bogor Timur. Bahkan katanya terbesar di Jawa Barat setelah pasar hewan di Purwakarta. Tak hanya dari wilayah Bogor, penjual pembeli di pasar hewan Jonggol berasal dari Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bekasi, Banten, bahkan hingga Lampung.
Pasar hewan ini berdiri di atas tanah pribadi milik H. Rusydi Rusuh (Alm) atas permintaan para pedagang. Beroperasi sejak 1969, pasar hewan Jonggol mendapat ijin resmi dari pemerintah daerah tahun 1983. Pasar hewan ini ramai setiap hari kamis. Sejak matahari terbangun di ufuk timur, para pedagang sudah mulai bergeliat berdatangan memenuhi pasar.
Tak begitu luas, pasar hewan ini selalu padat dipenuhi kerumunan kambing, domba, sapi dan kerbau juga tuan-tuan para penjual dan pembeli. Hampir tak ada ruang kosong diantara kerumunan itu. Teriknya mentari pagi tak membubarkan mereka yang sedari subuh berharap peruntungan dagangannya habis terjual dan pembeli puas mendapatkan yang dicari.
Taram, pria setengah baya itu jauh datang dari Lumajang, Jawa Timur dengan membawa 40 ekor sapi. 30 ekor pertama laku terjual di pasar hewan Purwakarta, kemudian sisanya ia bawa ke pasar hewan Jonggol.
“Seminggu saya ga pulang. Senin saya jual di Purwakarta, hari kamis sisanya saya jual disini (Jonggol).” Ungkap pria yang meneruskan usaha keluarganya sejak 2001.
Berbeda dengan Taram yang menjual sapi milik sendiri, Agan kakek kelahiran tahun 39 ini menjualkan kambing milik orang lain. Diusianya yang menginjak 76 tahun, kakek Agan masih segar bugar bergelut dengan pedagang lain menjajakan kambing jualannya.
“Saya jualan kambing mulai tahun 65, awalnya di Cibarusah. Tahun 70 baru pindah ke sini.” Kata kakek asal Cibarusah, Bekasi.
Meski menyandang salah satu pasar hewan terbesar, pasar ini masih sangat tradisional. Hanya ada tanah lapang, kandang sapi yang sederhana, dan warung-warung semi permanen. Jika turun hujan, tanah becek takdapat dihindari. Namun, itu semua tak menyurutkan para pedagang dan pembeli untuk tetap datang bertransaksi. Selain Kamis, pasar hewan ini juga ramai pada hari Senin. Bedanya, jika senin hanya kambing saja. Walau namanya pasar hewan, tapi disekitarnya ada juga yang berjualan baju, sayuran, ikan asin, hingga tukang cukur.

Perhelatan Pesta Rakyat Tahunan Warga Jonggol


Oleh: Sri Mulyawati
(Pegiat di Jonggol Cendekia)
Setiap daerah memiliki adat dan kebudayaan masing-masing yang harus dilestarikan sebagai warisan leluhur dan identitas daerah itu sendiri. Seperti halnya daerah lain, kecamatan jonggol-Bogor Jawa Barat memiliki tradisi tahunan yang diperhelatkan beberapa hari setelah hari raya iedul fitri. Tradisi ini disebut dengan adu bedug. Mungkin bagi yang pertama mendengar dan belum pernah melihatnya, terlintas adu bedug yang terbayang adalah bedug yang terbuat dari kulit hewan dan dipukul dengan pentungan. Tetapi bukan itu yanga dimaksud, bedug disini adalah meriam yang terbuat dari batang pohon dengan karbit sebagai bahan peledaknya. Masyarakat jonggol akrab menyebutnya dengan sebutan kuluwung.
Walau tahun ini polsek Jonggol tidak memberikan ijin atas acara tersebut, namun warga tetap melaksanakannya karna itu sudah menjadi tradisi tahunan warga jonggol sejak puluhan tahun yang lalu.
“tahun ini kami tidak mengijinkan bahkan melarang acara tersebut karena menyebabkan kemacetan yang menggangu pengguna jalan seperti tahun lalu, dan kami tidak ingin itu terjadi kembali”. Papar Wagiman Wakapolsek Jonggol.
Acara yang berlangsung selama dua hari itu berada di pematang sawah tepatnya di kp. Mengker. Adu bedug ini terdiri dari dua desa yang bertarung. Karna hanya dua desa yang bertarung jadi setiap tahunnya seluruh desa yang ada dikecamatan jonggol bergantian. Tahun ini yang berhadapan adalah desa weninggalih melawan desa sirnagalih. Persiapannya pun tidak dari jauh-jauh hari, namun hanya beberapa hari sebelumnya.
Masyarakat jonggol sangat antusias menyaksikan adu bedug ini. Tidak hanya dari kedua desa yang bertarung, namun warga desa lain bahkan dari luar jonggol pun berdatangan untuk menyaksikan dan ikut meramaikan acara tersebut.
“saya pun sudah melarang tapi warga yang tetap bersih keras untuk mengadakan adu kerbit ini, mau bagaimana lagi. Saya hanya pesan kepada warga agar acara ini berjalan dengan aman dan tertib”. Ujar Dudu Wahyu kepala Desa Sirnagalih.
Menang kalahnya adu bedug ini dilihat dari kubu mana yang terlebih dulu kehabisan karbit. Dalam adu bedug ini, karbit yang digunakan mulai dari delapan kwintal hingga satu ton karbit. Kuluwung yang yang digunakan pun terdiri dari berbagai ukuran, mulai dari yang kecil, sedang dan yang besar. Semakin besar ukurankuluwung maka semakin kencang juga suara yang dihasilkan. Dengan karbit dan kuluwung yang bayak, biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Dari desa Sirnagalih saja menghabiskan dana sebanyak 36 juta rupiah dan itu diperoleh dari swadaya masyarakat, sumbangan dijalan hingga pencarian dana kesetiap toko-toko.
Acara dimulai sekitar pukul sepuluh pagi hingga pukul lima sore. Semakin sore perhelatan pesta rakyat tahunan itu semakin meriah. Dangdut, jaipongan, petasan dan mercon pun tak luput ikut memeriahkan acara tersebut. Setelah acara selesai, seketika ribuan warga mamadati jalanan yang menyebabkan kemacatan yang cukup parah di jalur joggol-Cariu. Namun itulah pesta rakyat tahunan yang murah nan meriah yang dipilih warga Jonggol sebagai hiburan di hari libur bersama keluarga maupun sanak saudara walau harus berpanas-panasan ditengah sawah. Adu bedug ini juga ditujukan sebagai ajang mempererat tali silaturahim warga kecamatan jonggol.