(Pegiat di Jonggol Cendekia)
Senin, 25 Juli 2016
Jonggol Miliki Pasar Hewan Terbesar Se-Jawa Barat
Oleh: Sri Mulyawati
(Pegiat di Jonggol Cendekia)
(Pegiat di Jonggol Cendekia)
Jonggol memiliki daya tarik tersendiri diantara kecamatan lainnya di kabupaten Bogor. Lokasi yang strategis dengan tanah yang subur, tak heran jonggol selalu dipadati wisatawan saat akhir pekan dan hari libur. Udara Jonggol kota memang sedikit panas, tapi cobalah masuk lagi ke arah selatan. Udara sejuk dan hamparan sawah membentang menyambut kedatangan.
Selain menyimpan panorama dan wisata alam, Jonggol juga memiliki pasar hewan terbesar di Bogor Timur. Bahkan katanya terbesar di Jawa Barat setelah pasar hewan di Purwakarta. Tak hanya dari wilayah Bogor, penjual pembeli di pasar hewan Jonggol berasal dari Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bekasi, Banten, bahkan hingga Lampung.
Pasar hewan ini berdiri di atas tanah pribadi milik H. Rusydi Rusuh (Alm) atas permintaan para pedagang. Beroperasi sejak 1969, pasar hewan Jonggol mendapat ijin resmi dari pemerintah daerah tahun 1983. Pasar hewan ini ramai setiap hari kamis. Sejak matahari terbangun di ufuk timur, para pedagang sudah mulai bergeliat berdatangan memenuhi pasar.
Tak begitu luas, pasar hewan ini selalu padat dipenuhi kerumunan kambing, domba, sapi dan kerbau juga tuan-tuan para penjual dan pembeli. Hampir tak ada ruang kosong diantara kerumunan itu. Teriknya mentari pagi tak membubarkan mereka yang sedari subuh berharap peruntungan dagangannya habis terjual dan pembeli puas mendapatkan yang dicari.
Taram, pria setengah baya itu jauh datang dari Lumajang, Jawa Timur dengan membawa 40 ekor sapi. 30 ekor pertama laku terjual di pasar hewan Purwakarta, kemudian sisanya ia bawa ke pasar hewan Jonggol.
“Seminggu saya ga pulang. Senin saya jual di Purwakarta, hari kamis sisanya saya jual disini (Jonggol).” Ungkap pria yang meneruskan usaha keluarganya sejak 2001.
Berbeda dengan Taram yang menjual sapi milik sendiri, Agan kakek kelahiran tahun 39 ini menjualkan kambing milik orang lain. Diusianya yang menginjak 76 tahun, kakek Agan masih segar bugar bergelut dengan pedagang lain menjajakan kambing jualannya.
“Saya jualan kambing mulai tahun 65, awalnya di Cibarusah. Tahun 70 baru pindah ke sini.” Kata kakek asal Cibarusah, Bekasi.
Meski menyandang salah satu pasar hewan terbesar, pasar ini masih sangat tradisional. Hanya ada tanah lapang, kandang sapi yang sederhana, dan warung-warung semi permanen. Jika turun hujan, tanah becek takdapat dihindari. Namun, itu semua tak menyurutkan para pedagang dan pembeli untuk tetap datang bertransaksi. Selain Kamis, pasar hewan ini juga ramai pada hari Senin. Bedanya, jika senin hanya kambing saja. Walau namanya pasar hewan, tapi disekitarnya ada juga yang berjualan baju, sayuran, ikan asin, hingga tukang cukur.
0 comments:
Posting Komentar